Guru Hebat Mengubah Dunia
Ditulis tanggal 21 May 2020 | Dibaca 704 kali
BANDUNG, DISDIK JABAR - Masalah pendidik, khususnya guru selalu menjadi perhatian publik. Hal ini sangat wajar karena guru adalah tokoh/figur panutan dan teladan bagi masyarakat. Guru sebagai panutan perlu dihargai profesi dan jasanya karena gurulah yang membuka jendela dunia. Guru dengan ketulusannya dalam mengajar, membimbing, dan melatih seseorang menjadi teladan menuju sebuah kemerdekaan. Guru menjadi pahlawan perubahan. Seorang pahlawan bukanlah hanya rela berkorban darah demi sebuah tujuan, untuk merdeka. Bukan pula hanya sebuah pengakuan yang tertulis dan tersirat. Namun, suatu kemerdekaan dari kebodohan serta kemiskinan dengan ilmu yang telah diajarkan oleh guru.
Apakah pernah terpikirkan oleh seorang guru untuk menjadi pahlawan? Pasti tidak. Namun, gelar itu telah tersemat di pundaknya karena yang dilakukannya sangat mulia. Melihat seorang guru bagaikan melihat masa depan cerah yang telah terpampang dan menjanjikan di dunia ini. Ingatkah kita ketika Jepang pernah terpuruk akibat hancurnya Kota Nagasaki dan Hiroshima oleh serangan bom Amerika? Jepang saat itu lumpuh total, korban meninggal mencapai jutaan orang. Gedung-gedung mewah luluh lantak akibat radiasi bom yang diperkirakan butuh 50 tahun untuk mengembalikannya seperti semula.
Jepang saat itu terpaksa menyerah kepada sekutu. Kaisar Hirohito pun mengumpulkan semua jenderalnya yang masih hidup dan menanyakan kepada mereka, “Berapa jumlah guru yang masih tersisa?“ Para jenderalnya pun bingung mendengar pertanyaan Kaisar Hirohito dan menegaskan kepada Kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar walau tanpa guru. Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, “Kita telah jatuh karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang, akan tetapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak belajar, bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka, kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini. Karena, sekarang kepada merekalah kita akan bertumpu, bukan pada kekuatan pasukan.”
Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu. Sama seperti betapa bernilainya guru saat ini. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru. Tanpa guru, mungkin Jepang saat ini akan tetap terpuruk dan takkan menjadi salah satu negara yang ditakuti oleh negara lain. Bahkan, saat ini Jepang telah menjadi ancaman serius bagi negara yang pernah menjadikkannya terpuruk, yakni Amerika.
Kemajuan Jepang tersebut hanyalah sebuah ilustrasi dan pengibaratan yang sangat sederhana tentang pentingnya sosok guru. Ibarat bibit tanaman, jika ditanam dengan baik maka dia akan memberikan dampak dan hasil terbaik yang dapat digunakan ketika dipanen. Memang, perlu kesabaran menunggu bibit tersebut siap dipanen. Perlu waktu yang lama, bahkan memerlukan biaya tak sedikit agar bibit itu tetap terjaga, subur, dan segar. Bibit itu memerlukan pot atau ladang yang luas, pupuk, air, udara segar, cahaya matahari, dan orang yang merawatnya setiap hari. Segala hal perlu diperhatikan untuk meraih panen yang maksimal. Itu semua tidak mudah karena hasil yang luar biasa lahir dari usaha yang luar biasa.
Nah, bibit tanaman itu adalah kita, manusia. Manusia yang mendapatkan pendidikan yang baik ibarat ditanam dengan cara yang baik. Hal-hal yang berhubungan dengan suburnya tanaman adalah faktor-faktor pendidikan yang menunjang dan mempersiapkan dirinya menjadi generasi yang luar biasa suatu hari nanti. Ketika dipanen, dia siap memberi kesejahteraan bagi mereka yang berada di sekitarnya. Ibarat para petani yang telah memasuki musim panen, tibalah waktu para petani berbahagia.
Sungguh luar biasa membicarakan sosok seorang guru di mata dunia, di mata orang-orang sukses, dan di mata orang-orang pandai. Karena, mereka pasti sepakat bahwa tak ada pahlawan yang lebih berjasa bagi mereka selain guru.
Berbicara tentang guru adalah berbicara tentang masa depan. Ketika guru itu baik maka dapat diambil kesimpulan, generasi-generasi yang baik dan merdeka dari segala kebodohan akan segera lahir. Generasi yang baik tersebut akan senantiasa memberikan kontribusi yang luar biasa bagi dirinya, keluarga, bangsa serta negaranya.
Maka, satu hal yang perlu diingat bahwa generasi penerus yang baik takkan pernah lahir dan takkan pernah siap dipanen tanpa campur tangan seorang guru. Apa yang dilakukan Kaisar Jepang tampaknya diikuti oleh Mas menteri dengan program Merdeka Belajar dan Guru Penggerak untuk menjadikan guru-guru hebat yang mampu menghasilkan produk pendidikan yang unggul dan berkualitas.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah para guru honorer yang gaji dan tingkat kesejahteraannya belum memadai. Mereka adalah pahlawan pendidikan dan guru hebat yang harus diapresiasi jasa-jasanya agar guru Indonesia bersatu menuju Indonesia Emas. Pasti bisa!